Welcome to our site

Selamat datang dengan semangat juang 45 .............. merdeka

Jumat, 10 Oktober 2008

WHO Tegaskan SARS Tak Menular Lewat Udara..!

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasikan bahwa virus sindrom pernapasan akut parah (SARS) tidak menular melalui udara, sementara Hongkong dan Cina melaporkan jumlah kasus baru terendah dalam beberapa minggu ini, walau seorang ahli WHO menduga rumah-rumah sakit Beijing tak mencatat beberapa kasus possible SARS. Taiwan masih terus berjuang menghentikan penyebaran SARS, sedang Singapura berharap menjadi negara ketiga yang dinyatakan telah mengendalikan penyakit itu.

Heinz Feldman, ketua sebuah tim investigatif WHO, mengonfirmasikan virus SARS disebarkan melalui cairan setelah menyelidiki kasus penularan di kompleks apartemen Amoy Gardens.

Hongkong hari Jumat melaporkan hanya tiga kasus baru, terendah sejak ledakan penyakit itu delapan minggu lalu. Itu merupakan hari ke-13 berturut-turut Hongkong melaporkan penularan baru di bawah sepuluh.

WHO pekan lalu mengatakan akan mempertimbangkan mencabut anjuran untuk tidak bepergian ke Hongkong ketika infeksi baru turun menjadi rata-rata lima selama tiga hari sebelumnya. Lima kasus baru dilaporkan hari Kamis dan sembilan diumumkan hari Rabu.

Empat kematian baru-tiga pria dan seorang wanita berusia antara 53-90 tahun-dilaporkan juga Jumat membuat jumlah korban tewas akibat SARS di Hongkong menjadi 238 dari jumlah seluruhnya 1.706 kasus.

Dr Feldman mengatakan, suatu kombinasi keadaan lingkungan dan kesehatan telah menyebabkan ledakan SARS di Amoy Gardens di mana 329 orang terkena.

Banyaknya kasus di Amoy Gardens menimbulkan kekhawatiran bahwa virus SARS ditularkan melalui udara. Temuan tim WHO itu menunjukkan bahwa virus SARS itu ditularkan melalui tetesan cairan.

Tidak ada bukti bahwa virus ini merupakan virus yang ditularkan melalui udara seperti influenza atau campak. Tetesan cairan menyebar melalui udara, tetapi virusnya tidak menyebar di udara, kata Feldman.

Walau virusnya tidak menyebar di udara, tetesan cairan yang mengandung virus itu dapat berpindah sampai sejauh 1,5 meter melalui udara, bahkan mungkin lebih jauh kalau angin kencang.

Kombinasi keadaan yang menyebabkan penularan besar- besaran di kompleks itu adalah seorang pasien SARS yang menderita diare, pipa pembuangan yang bocor, dan ventilasi kamar mandi berupa kipas angin penyedot yang terlalu kuat.

Feldman mengatakan, ledakan SARS di Hotel Metropole Hongkong yang terjadi sebelum di Amoy Gardens tampaknya disebabkan oleh kontak orang ke orang karena tidak ada masalah dengan sistem pembuangan kotoran maupun ventilasi di hotel itu.

Tidak dicatat

Kementerian Kesehatan Cina hari Jumat melaporkan empat kematian baru karena SARS dan 39 kasus baru-jumlah penularan baru yang jauh berkurang dibanding awal Mei ketika Cina melaporkan lebih dari 150 kasus baru seharinya. Jumlah korban tewas di Cina daratan mencapai 275 sedang jumlah kasus 5.191.

Beijing, daerah yang paling parah terkena penyakit ini di dunia, hari Jumat melaporkan satu kematian dan 28 kasus baru. Ini membuat jumlah kasus yang dilaporkan menjadi lebih dari 2.400.

Namun, ahli PBB Dr Daniel Chin mengatakan rumah sakit- rumah sakit ibu kota Cina itu tidak mencatat beberapa pasien yang memiliki gejala SARS, tetapi tidak mempunyai kontak dengan orang yang terinfeksi dan sembuh dengan cepat.

Dalam beberapa hari terakhir ini, kami khawatir bahwa ada underdiagnosis kasus- kasus probable SARS di Beijing, kata Chin. Namun, dia mengatakan tampaknya rumah sakit-rumah sakit itu bukannya mencoba menyembunyikan kasus. Menteri Kesehatan Taiwan hari Jumat mengundurkan diri untuk menerima tanggung jawab atas memburuknya krisis SARS yang telah menyebabkan dua rumah sakit di Taipei ditutup. Pengunduran diri Twu Shiing-jer terjadi sementara tiga kematian baru dan 10 kasus baru dilaporkan di pulau itu. Dia digantikan oleh Chen Chien-jen.

Sedang Singapura berharap menjadi negara ketiga setelah Vietnam dan Kanada yang dapat mengendalikan penyakit yang telah menewaskan 613 orang di seluruh dunia itu, bila sampai hari Minggu tidak ada kasus baru.

Harapan Singapura sempat terancam ketika ada sejumlah kasus yang diduga SARS di sebuah rumah sakit jiwa. Tes yang dilakukan terbukti negatif sehingga meningkat lagi harapan negara itu untuk selama 20 hari tak ada kasus baru dan dinyatakan telah mengendalikan penyakit itu.

Bom Waktu dari Pengguna Narkoba Suntik

SUDAH lama para aktivis HIV/AIDS mengingatkan, bisa terjadi ledakan jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia bila penanggulangan tak segera dilakukan. Angka ini disumbang oleh para pengguna narkoba suntik, yang jumlahnya memang meningkat pesat belakangan ini.

Sayang, kebiasaan untuk menyangkal persoalan-terutama karena para pengguna narkoba suntik umumnya menggunakan jarum bergantian-membuat keadaan ini siap menjadi bom waktu yang amat merugikan. Baik dari segi uang maupun penurunan kualitas sumber daya manusia.

Prevalensi HIV/AIDS pada pengguna narkoba suntik di RS Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta dan Yayasan Kita Bogor misalnya, ternyata meningkat tajam. Sampai tahun 1997, di RSKO belum ada pasien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS. Namun, tahun 1999 tercatat 16 pasien yang positif HIV. Setahun kemudian (tahun 2000) angka ini naik menjadi 41 pasien dan tahun 2001 menjadi 48 pasien. Di Yayasan Kita, tercatat 14 pasien pengidap HIV (1999), naik menjadi 16 pasien (2000), 30 pasien (2001) dan 45 pasien (2002).

Country Programme Adviser Joint United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), Jane Stevens Wilson, baru-baru ini mengestimasikan sekitar 43.000 pengguna narkoba suntik di Indonesia telah terinfeksi HIV melalui jarum suntik tidak steril dan digunakan bergantian.

AKSI Stop AIDS (ASA), sebuah gerakan penanggulangan AIDS, mencoba memetakan pola penularan HIV lewat pemakaian jarum bersama ini. Pekerjaan itu dibuat berdasarkan hasil survei terhadap pekerja seks, waria, gay, serta pengguna narkoba suntik yang dilakukan Departemen Kesehatan, Badan Pusat Statistik, Universitas Indonesia, ditambah hasil Estimasi Populasi Rawan HIV oleh Depkes, WHO, dan UNAIDS.

Kesimpulannya antara lain, sebagian besar (di atas 80 persen) pria pengguna narkoba suntik di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Riau menggunakan jarum bekas pakai atau secara bersama-sama. Mereka beralasan, tidak membawa jarum sendiri karena takut tertangkap petugas.

Lebih dari setengah usia pria pengguna narkoba di bawah 25 tahun (di Surabaya dan Bandung), masih tinggal bersama keluarga, berpendidikan SLTA ke atas, berstatus pelajar/mahasiswa atau bekerja di sektor formal dengan pendapatan di atas Rp 500.000 per bulan.

Hasil penelitian di Jakarta tahun 2002 menunjukkan, 95 persen dari mereka memakai jarum bekas pakai atau menggunakannya secara bersama-sama. Bagaimana cara mereka membersihkan jarum? Ternyata sekitar dua persen tidak melakukan upaya pembersihan apa pun. Sebagian besar, 93 persen, mencuci jarum (bekas pakai) dengan air. Hanya sekitar lima persen sisanya yang mencuci dengan pemutih.

YANG memprihatinkan, pria pengguna narkoba suntik di Jakarta punya banyak pasangan seks (53,3 persen) dan saat berhubungan jarang memakai kondom. Akibatnya, potensi penyebaran HIV kepada populasi lain terbuka lebar. Pemeriksaan darah para donor juga menunjukkan, jumlah yang darahnya tercemar HIV naik tajam.

Sebenarnya, sudah muncul upaya yang disebut harm reduction, berupa pencegahan penularan HIV dengan memudahkan mereka mendapat jarum steril, mendorong pemakaian alat suntik sendiri, saran memakai kondom saat berhubungan seks, dan mereka merujuk ke pusat pemulihan narkoba.